Teknelogi Kuno untuk Mengawetkan
Pangan
TIDAK selamanyayang berbau kuno ini jelek dan
tersingkirkan. Kulkas tanpa listrik misalnya, ternyata mampu mendulang prestasi
ke tinggkat dunia. Teknologi pengawet pangan sederhana dan nyaris dilupakan ini
kembali dipopulerkan dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Sumatra Selatan, Muhtaza
Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma.
Kedusnys
melakukan penelitian dan pengembangan kulkas tanpa listrik dan tanpa freon.
Hasil kerja kerasnya membuahkan dua penghargaan pada ajang internasional
Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 di Los Angeles, Amerika Serikat,
pada 11-16 mEi 2014 lalu.
Sebagaiman
di lansir oleh sebuah situs, event tersebut diikuti lebih dari 1.700 ilmuan
muda yang dipilih dari 435 kompetisi lebih dari 70 negara di seluruh dunia.
Melalui
karya ilmiah berjudul “Green Refrigerant Box”, keduanya meraih penghargaan
Development (USAID). Mereka juga meraih juga meraih penghargaan Ketiga senilai
1.000 dollar AS di kategori Engineering: Material & Bioenginering.
Karya
ilmiah tanpa listrik dan freon ini terfokus pada pemanfaatan kayu gelam sebagai
solusi alternatif untuk pendingi buah dan sayur. Dan pengembangan teknologi
ini, suhu awal 28 derajat celsius di kulkas tanpa listrik dan freon mampu turun
menjadi 5,5 derajat celsius dalam waktu 2 jam 20 menit.
Sebellumnya,
konsep serupa juga penah di buat siswa SMK Pertanian Haji Munadi Unggaran,
Kabupaten Semarang, yang membuat kulkas tanpa listrik menggunakan rangka kayu
dan bambuyang dilapisi dinding yang berupa karung goni.
Prinsip
kerja kulkas ini berdasarkan karung goni yang dibasahi air. Karung goni akan
menyerap udara panas yang dikeluarkan sayuran, sehinggga sayuran bisa bertahan
hingga 1 minggu
Kulkas
karung goni ternyata juga pernah populer di Australia dengan nama Coolgardie
safe. Lemari pendingin ini berasal dari kota Coolgadie, Australia dan konon pernah
populer pada zaman wild west dan zaman demam emas, sebagai cara mendinginkan
makanan dan minuman tanpa listrik.
Kulkas
Pasir
Terbuat dari bahan dasar kawat, karung goni dan ember.
Caranya dengan membuat rangka lemari dari kawat kemudian ditutupi karung goni
yang menghubungkan ke ember yang berisi air sehingga dapat menyerap air.
Kemudian coolgardie safe ditaruh ditempat yang berangin.
Dengan begitu angin akan menguapkan air di karung goni dan membuat ruangan
menjadi dingin.
Ada lagi teknologi kuno untuk mengawetkan pangan yang
disebut Pot in Pot atau Kulkas pasir yang pernah dikembangkan di beberapa
negara. Prinsip kerja dari kulkas pasir adalah Evaporative Cooling atau pendingin
melalui penguapan, dimana panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam pasir
menguap dan mengalir ke luar melalui pori –pori pot besar dan bersirkulasi
dengan udara kering di sekelilingnya.
Pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu mencapai 15 derajat di
dalam o kecil.
Ada
beberapa bukti bahwa konsep Evaporative Cooling digunakan pada zaman Kerajaan
Lama Mesir, sekitar 2500 SM. Terdapat lukisan dinding yang menggambarkan budak
mengipasi botol air, yang akan meningkatkan aliran udara di sekitar guci
berpori dan membantu penguapan dan pendinginan.
Peradapan
sekitar 3.000 SM banyak pot gerabah yang di temukan di lembah Indus yang diduga
digunakan untuk menyimpan serta pendinginan air yang sama untuk menyajikan hari
ghara ata matki digunakan di India dan Pakistan.
Sementara
di Spanyol populer di sebut botijos, yaitu wadah tanah liat berpori yang
digunakan untuk menjaga dan mendinginkan air dan telah digunakan selama
berabad- abad.
Pembuatan
Kulkas Pasir sangat simpel, dengan mengisi pot besar atau goci dengan pasir
setinggi 3 cm. Kemudian masukan pot kecil kedalam pot yang telah di beri pasir
dan padatkan pasir di sela- sela pot besar dan kecil itu. Lalu pasir di siram
hingga basah dan biarkan semalam sampai suhu di dalam pot menurun dan siap
digunakan untuk menyimpan buah dan sayur.
Prinsip
pendinginannya sederhana, yaitu memanfaatkan proses penguapan untuk mengambil
kalor/panas sehingga membuat temperatur menjadi rendah. Metode ini efektif
untuk daerah kering.
Di
Negeria utara, pot gerbah telah digunakan sejak zaman kuno sebagai memasak dan
menyimpan air kapal, peti mati, lemari dan bank. Alat ini telah di pakai secara luas di Afrika sebagai
teknik pengawetan makanan yang murah dan sederhana.
Rolex
Awards
Pot in Pot
pertama kali diciptakan oleh Muhammad Bah Abba dari Nigeria pada 1990-an. Bah
Abba mengembangkan sistem pendingin ini yang terdiri dari pot gerabah kecil di
tempatkan di dalam yang lebih besar, dan ruang di atara dua diisi dengan pasir
lembab. Panci bagian diisi buah, sayuran atau minuman ringan dan ditutupi
dengan kain basah.
Profil Bah Abba di muat di laman situs rolexawards.com.
Abba lahir pada tahun 1964 dalam sebuah keluarga pembuatan pot. Sejak kecil Bah
Abba sudah akrab dengan berbagai pot
tanah liat tradisional dan belajar tentang dasar- dasar tembika.
Sumber: SUARA MERDEKA
hari Jumat, 30 Mei 2014 Hal 19
0 komentar:
Post a Comment