Jl. Arteri Soekarno Hatta 10A-B PIN :7E76F4EB Telp:085640980491

Sunday, June 1, 2014

TEKNOLOGI



Teknelogi Kuno untuk Mengawetkan Pangan


TIDAK  selamanyayang berbau kuno ini jelek dan tersingkirkan. Kulkas tanpa listrik misalnya, ternyata mampu mendulang prestasi ke tinggkat dunia. Teknologi pengawet pangan sederhana dan nyaris dilupakan ini kembali dipopulerkan dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Sumatra Selatan, Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma.
Kedusnys melakukan penelitian dan pengembangan kulkas tanpa listrik dan tanpa freon. Hasil kerja kerasnya membuahkan dua penghargaan pada ajang internasional Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 11-16  mEi 2014 lalu.
Sebagaiman di lansir oleh sebuah situs, event tersebut diikuti lebih dari 1.700 ilmuan muda yang dipilih dari 435 kompetisi lebih dari 70 negara di seluruh dunia.
Melalui karya ilmiah berjudul “Green Refrigerant Box”, keduanya meraih penghargaan Development (USAID). Mereka juga meraih juga meraih penghargaan Ketiga senilai 1.000 dollar AS di kategori Engineering: Material & Bioenginering.
Karya ilmiah tanpa listrik dan freon ini terfokus pada pemanfaatan kayu gelam sebagai solusi alternatif untuk pendingi buah dan sayur. Dan pengembangan teknologi ini, suhu awal 28 derajat celsius di kulkas tanpa listrik dan freon mampu turun menjadi 5,5 derajat celsius dalam waktu 2 jam 20 menit.
Sebellumnya, konsep serupa juga penah di buat siswa SMK Pertanian Haji Munadi Unggaran, Kabupaten Semarang, yang membuat kulkas tanpa listrik menggunakan rangka kayu dan bambuyang dilapisi dinding yang berupa karung goni.
Prinsip kerja kulkas ini berdasarkan karung goni yang dibasahi air. Karung goni akan menyerap udara panas yang dikeluarkan sayuran, sehinggga sayuran bisa bertahan hingga 1 minggu
Kulkas karung goni ternyata juga pernah populer di Australia dengan nama Coolgardie safe. Lemari pendingin ini berasal dari kota Coolgadie, Australia dan konon pernah populer pada zaman wild west dan zaman demam emas, sebagai cara mendinginkan makanan dan minuman tanpa listrik.
Kulkas Pasir
            Terbuat dari bahan dasar kawat, karung goni dan ember. Caranya dengan membuat rangka lemari dari kawat kemudian ditutupi karung goni yang menghubungkan ke ember yang berisi air sehingga dapat menyerap air.
            Kemudian coolgardie safe ditaruh ditempat yang berangin. Dengan begitu angin akan menguapkan air di karung goni dan membuat ruangan menjadi dingin.
            Ada lagi teknologi kuno untuk mengawetkan pangan yang disebut Pot in Pot atau Kulkas pasir yang pernah dikembangkan di beberapa negara. Prinsip kerja dari kulkas pasir adalah Evaporative Cooling atau pendingin melalui penguapan, dimana panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam pasir menguap dan mengalir ke luar melalui pori –pori pot besar dan bersirkulasi dengan udara kering di sekelilingnya.  Pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu mencapai 15 derajat di dalam o kecil.
                Ada beberapa bukti bahwa konsep Evaporative Cooling digunakan pada zaman Kerajaan Lama Mesir, sekitar 2500 SM. Terdapat lukisan dinding yang menggambarkan budak mengipasi botol air, yang akan meningkatkan aliran udara di sekitar guci berpori dan membantu penguapan dan pendinginan.
Peradapan sekitar 3.000 SM banyak pot gerabah yang di temukan di lembah Indus yang diduga digunakan untuk menyimpan serta pendinginan air yang sama untuk menyajikan hari ghara ata matki digunakan di India dan Pakistan.
Sementara di Spanyol populer di sebut botijos, yaitu wadah tanah liat berpori yang digunakan untuk menjaga dan mendinginkan air dan telah digunakan selama berabad- abad.
Pembuatan Kulkas Pasir sangat simpel, dengan mengisi pot besar atau goci dengan pasir setinggi 3 cm. Kemudian masukan pot kecil kedalam pot yang telah di beri pasir dan padatkan pasir di sela- sela pot besar dan kecil itu. Lalu pasir di siram hingga basah dan biarkan semalam sampai suhu di dalam pot menurun dan siap digunakan untuk menyimpan buah dan sayur.
Prinsip pendinginannya sederhana, yaitu memanfaatkan proses penguapan untuk mengambil kalor/panas sehingga membuat temperatur menjadi rendah. Metode ini efektif untuk daerah kering.
Di Negeria utara, pot gerbah telah digunakan sejak zaman kuno sebagai memasak dan menyimpan air kapal, peti mati, lemari dan bank. Alat ini  telah di pakai secara luas di Afrika sebagai teknik pengawetan makanan yang murah dan sederhana.
Rolex Awards
            Pot in Pot pertama kali diciptakan oleh Muhammad Bah Abba dari Nigeria pada 1990-an. Bah Abba mengembangkan sistem pendingin ini yang terdiri dari pot gerabah kecil di tempatkan di dalam yang lebih besar, dan ruang di atara dua diisi dengan pasir lembab. Panci bagian diisi buah, sayuran atau minuman ringan dan ditutupi dengan kain basah.
            Profil Bah Abba di muat di laman situs rolexawards.com. Abba lahir pada tahun 1964 dalam sebuah keluarga pembuatan pot. Sejak kecil Bah Abba  sudah akrab dengan berbagai pot tanah liat tradisional dan belajar tentang dasar- dasar tembika.

Sumber: SUARA MERDEKA  hari Jumat, 30 Mei 2014  Hal 19  

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : TEKNOLOGI

0 komentar:

Post a Comment